Sabtu, 14 Januari 2012

Dampak "Outsourcing" di India

Penerapan outsourcing atau tenaga alih daya, dimotivasi oleh penghematan biaya, ternyata menghadirkan masyarakat pekerja yang stres akibat lelah secara fisik dan psikologis serta memiliki waktu yang sedikit untuk kehidupan sosial. Setidaknya demikian yang terjadi pada pekerja alih daya di India.
Pandangan yang melihat tenaga alih daya India lebih produkstif dan lebih murah menjadi alasan berbagai perusahaan memilih mempekerjakan tenaga kerja India. Bagian dari daya tarik lain tenaga kerja India adalah kesediaannya untuk bekerja keras. Namun dampaknya tenaga alih daya India menjadi terasing dari dunianya. Contohnya dalam sebuah call center, pencapaian ditentukan oleh kecepatan kerja dan efisiensi teknologi. Setiap panggilan telepon harus ditangani 5 dampai 10 detik. Ratusan telepon harus mereka hadapi setiap hari dalam waktu yang cepat, bahkan tidak diperbolehkan ada celah antar-panggilan. Selain jenuh, mereka puun kelelahan luar biasa karena jarang diperbolehkan istrirahat jika panggilan telepon sangat banyak. Penambahan waktu kerja sering kali tidak diikuti dengan insentif.
Tenaga alih daya India pun mengalami kesulitan ketika kondisi tubuh mereka melemah atau sakit. Jika seorang pekerja meski karena sakit ditafsirkan sebagai hari tidak produktif. Pengawasan konstan yang berlebihan juga menciptakan suasana yang bermusuhan dengan pihak manajemen perusahaan. Kesalahan menjadi hal yang dicari-cari. Seorang pekerja yang minta izin ke toilet dan kembali lebih dari waktu yang diberikan akan segera dikenai sanksi. Suasana demikian merusak kinerja serta kenyamanan fisik dan psikologis tenaga alih daya.

(SHS/Litbang Kompas)
[Resensi buku Dead Ringers: How Outsourcing is Changing the Way Indians Understand Themselves, oleh Shehzad Nadeem, di Kompas, 15 Januari 2012]