Sabtu, 14 Juli 2012

Ketenagakerjaan: Angkatan Kerja Makin Sulit Terserap

Semarang, Kompas --- Angkatan kerja di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, semakin sulit terserap di dunia kerja. Pekerjaan kasar yang banyak tersedian semakin tidak diminati. Pemerintah pun kini fokus untuk mendorong warga berwirausaha.
   Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Semarang Romlah, Kamis (12/7), menyebutkan, angka pengangguran di Kabupaten Semarang tahun 2011 mencapai 14 persen dari angkatan kerja sebanyak 622.000. Dalam lima tahun, ditargetkan angka pengangguran menurun hingga 9,0 persen. Artinya, setiap tahun harus ada 10.000 tenaga kerja terserap.
   Romlah mengatakan, sebenarnya banyak lowongan kerja yang tersedia karena Kabupaten Semarang merupakan sentra industri. Semester 2012 sekitar 6.000 - 7.000 lowongan pekerjaan tersedia. Namun, tidak banyak yang berminat untuk melamar dan spesifikasi yang ditawarkan tidak sesuai.
   "Sekarang ini pekerjaan kasar sudah tidak begitu diminati perempuan. Mereka yang lulus SMA/SMK tidak banyak yang mau bekerja sebagai buruh pabrik. Padahal, banyak industri mencari tenaga kerja perempuan," tutur Romlah.
   Selain itu, pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri juga berkurang. Tahun 2010, tercatat 1.500 TKI dikirim ke beberapa negara. Namun setelah moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi pada pertengahan 2011, angkanya berkurang drastis. Tahun 2011 tidak sampai 1.000 TKI yang berangkat ke luar negeri. Hingga Juni 2012, baru ada 150 TKI yang berangkat ke Hongkong dan Taiwan.

Wirausaha
   Pemkab Semarang kini fokus mengembangkan kewirausahaan. Balai Laithan Kerja yang sebelumnya melatih tenaga-tenaga terampil untuk menyesuaikan permintaan dunia industri, kini bergeser memberi pelatihan untuk wirausaha, seperti menjahit atau potong rambut.
   Romlah menargetkan ada 1.000 orang bisa ikut pelatihan pada tahun 2012. Pihaknya juga bekerja sama dengan lembaga keuangan mikro syariah (baitul maal wa tamwil/BMT) Mereka yang dinilai layak dapat memperoleh pinjaman modal dengan mudah.
   Wakil Kepala SMK Negeri I Tengaran Tutik Mardiningsih Lestari mengatakan, saat ini lulusan SMK memang sudah banyak yang memilih berwirausaha atau melanjutkan studi. Sebanyak 40 persen lulusan SMKN 1 Tengaran terserap di perusahaan atau industri, sedangkan sisanya memilih berwirausaha dan studi lanjut.
   Di Kabupaten Kudus, penyerapan tenaga kerja dari tahun ke tahun sangat rendah. Dari ribuan pencari kerja, rata-rata yang terserap hanya di bawah 25 persen.
   Adapun jumlah pencari kerja setelah pengumuman kelulusan sekolah pada bulan Juni meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Ini seperti yang terjadi di Kota Tegal. (UTI/HEN/WIE)

Sumber: Kompas, 14 Juli 2012, hal 22

1 komentar:

  1. Mestinya, sebelum membuat kebijakan baru, Kabupaten Semarang menggali lebih dalam informasi mengenai turunnya penyerapan tenaga kerja ini, dengan melakukan survai.
    1. Apakah memang para pencari kerja lebih memilih menganggur ketimbang melakukan pekerjaan kasar?
    2. Apa yang dimaksud pekerjaan kasar?
    3. Apakah hal ini sudah diketahui oleh para pengusaha industri? Apakah mereka sudah melakukan penyesuaian teknologis, sehingga pekerjaan menjadi lebih menarik?
    4. Apakah para pencari tenaga kerja lebih cenderung mencari kerja di Jakarta (urbanisasi)?
    5. Pekerjaan apa yang mereka ambil di Jakarta? Note: banyak pengemudi taksi yang berasal dari Tegal.
    6. Tumbuhnya wirausaha tidak akan langsung menyelesaikan masalah. Mungkin saja mereka masuk ke sektor yang paling mudah: perdagangan, yang tidak begitu memberi nilai tambah. Jika masuk ke sektor industri, mereka perlu dibekali dengan kemampuan manajemen, operasional industri, finansial, lingkungan, ketenagakerjaan. Lingkaran setan akan muncu lagi, tidak ada tenaga kerja yang mau bekerja di pabrik mereka.

    BalasHapus