Senin, 16 April 2012

Saat Ponsel Menjadi Segalanya

"Kehilangan ponsel  ibarat kehilangan belahan jiwa." Pernyataan ini boleh jadi terdengar berlebihan bagi sebagian orang. Akan tetapi, bagi sebagian orang lagi, hal ini bisa jadi merupakan ungkapan hati yang jujur.
   Orang yang merasa tidak bisa hidup tanpa ponsel biasanya akan terus berupaya agar perenti komunikasi tersebut tidak jauh dari genggaman. Kondisi ketakutan dan kepanikan akut yang melanda saat jauh dari ponsel kini diistilahkan sebagai nomophobia, alias no-mobile-phone phobia.
   Baru-baru ini, lembaga survei SecurEnvoy meneliti kecenderungan nomophobia pada 1.000 responden di Inggris. Hasilnya, cukup mencengangkan. Sebanyak 2/3 responden (66%) ternyata merasa takut untuk jauh terhadap ponselnya. Angka ini meningkat sebesar 11 % dari data empat tahun yang lalu.
   Penelitian lebih lanjut menemukan perbedaan perilaku penggunaan ponsel berdasarkan gender. Sebanyak 70% perempuan mengaku takut berada jauh dari ponsel. Sementara itu, laki-laki hanya sebanyak 61%. Asia juga ditengarai berpotensi menjadi benua yang memiliki angka nomophobia terbanyak. Hal ini bukan tanpa alasan. beberapa negara seperti India, China, Indonesia, Jepang dan Pakistan masuk dalam daftar 10 besar negara dunia dengan angka penggunaan ponsel yang tinggi.
   Menariknya, penggunaan ponsel di kalangan usia remaja mempunyai angka yang lebih tinggi dan berpotensi mengalami nomophobia. Pada tahun 2010, riset Nielsen menemukan lebih dari 70%  remaja Indonsia usia 15-19 tahun telah menggunaan ponsel. Sementara remaja usia 10-14 tahun, pengguna ponsel meningkat lima kali lipat sejak 2005 hingga mencapai sekitar 35 persen. Angka ini diduga akan terus bertambah dan berpotensi memicu nomophobia.

Kehadiran media sosial
Di Indonesia, ponsel menjadi alat yang paling populer untuk mengakses internet dengan lebih dari 43 persen dari populasi digital. Fitur ini sebagian besar digunakan untuk mengakses media sosial. Dampaknya, intensitas penggunaan ponsel pun menungkat.
   Kerap dijumpai kaum remaja terlihat asyik bermain dengan gadget pribadi dimanapun berada. Menggunakan ponsel sebagai pengusir rasa bosan saat macet, sebagai teman saat di toilet, bahkan film Republik Twitter (2012) mengistilahkannya dengan "generasi menunduk".
   Keprihatinan terhadap perilaku pengguna ponsel di Indonesia memang tidak pernah tuntas selama teknologi terus berkembang. Oleh karena itu, sebagai pengguna teknologi yang cerdas, sebaiknya Anda mampu mengontrol diri agar tingkat ketergantungan tidak semakin tinggi. [GPW]

Sumber Kompas, 16 April 2012, hal 33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar