KOMPAS. Kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX jauh melebihi jamannya. Sejarah menunjukkan, HB IX mampu mengobarkan semangat revolusi melalui kebijakan-kebijakannya di Keraton Yogyakarta.
"Revolusi sosial di Yogyakarta dimulai dari keraton. Namun revolusi ini tidak perlu mendobrak seperti di Perancis karena pintu-pintu keraton sudah terbuka," kata Gubernur DI Yogyakarta Sultan HB X pada acara peluncuran buku Sepanjang Hayat Bersama Rakyat, Sabtu (21/4), di Pendapa Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta.
Menurut Sultan, kebijakan revolusioner HB IX mulai dilakukan di keraton dengan menyederhanakan sistem birokrasi melalui penghilangan fungsi pepatih dalem. HB IX juga berani mendobrak tradisi untuk mendorong pendidikan ketika mengizinkan penggunaan pagelaran keraton untuk perkuliahan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).
Yang tidak bisa dilupakan, HB IX juga paling berjasa menyediakan Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia mulai tanggal 4 Januari 1946 hingga 27 Desember1949. Pada saat itu, HB IX tidak hanya menyediakan tempat untuk pusat pemerintahan, tetapi juga ikut menyelenggarakan pemerintahan Republik Indonesia.
Editor buku Sepanjang Hayat Bersama Rakyat, Julius Pour, mengungkapkan, pada peristiwa 1965, di Solo diberlakukan jam malam, sementara Yogyakarta aman tenteram. Begitu juga pada 1989, saat di Solo terjadi pembakaran, di Yogyakarta tidak ada api sedikitpun.
Pembedah buku, Rektor UGM Pratikno, mengatakan, berkat HB IX, keraton menjadi institusi yang terbuka untuk belajar. Yogyakarta pun menjadi simbol keindonesian dan pluralisme. (ABK)
Sumber: Kompas, tanggal 23 April 2012, hal 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar