Selasa, 26 Juni 2012

Bisnis Jepang: Perekrutan Kuno Turunkan Daya Saing


Setiap April, ratusan lulusan baru siap terjun ke dunia korporasi Jepang. Mereka memulai hari baru bersama-sama dengan mengenakan pakaian bisnis standar warna hitam. Ada sekitar 840 perusahaan yang mengadakan perekrutan serentak selama lima bulan. Gaji awal yang ditawarkan juga sama, sekitar 200.000 yen atau Rp 23,6 juta per bulan.
   Di seantero Jepang, perusahaan memilih pegawai baru dengan resep kuno: penekanan pada loyalitas, kepatutan, dan kecocokan. Bukan berdasarkan visi atau pemikiran out of the box yang menurut para ahli sangat diperlukan perusahaan Jepang untuk melawan penurunan kinerja mereka.
   Belakangan ini, para petinggi perusahaan Jepang sering dikritik karena terlalu lamban dalam menghadapi pesaing dari luar negeri. "Perusahaan meniulai kepribadian dan melihat apakah anda cocok atau tidak," ujar Erina Seki (23), mahasiswa yang selama lima bulan ini menjalani "ritual" yang dilakukan sebagian besar rekannya, yaitu mengunjungi pameran lowongan kerja, seminar, dana wawancara.
   Tidak seperti perekrutan di belahan dunia lain yang mengedepankan kemampuan untuk memecahkan persoalan, perusahaan Jepang tampaknya lebih senang jika para karyawan dapat kompak satu sama lain. Para mahasiswa ini mendapati mereka harus menjawab pertanyaan umum yang sama dan diulang-ulang, bahkan sampai puluhan kali, dalam wawancara untuk satu perusahaan.

Pangsa pasar
   Kurangnya pemimpin kuat dan berani mengambil risiko sebagai dampak perekrutan dan sistem pelatihan yang ada selama ini tampaknya menjadi penyebab utama kemunduran perusahaan-perusahaan di Jepang.
   Toyota Motor yang pernah menjadi perusahaan otomotif terbesar dunia, harus berbagi pangsa pasar lebih besar dengan General Motors dan Volkswagen. Bahkan, produsen dari Korea Selatan, Hyundai, sudah menjadi pesaing.
   Bisnis perusahaan elektronik, seperti Sony, Panasonic, dan Sharp, terus menurun. Penyebabnya, pangsa pasar mereka direbut Samsung dari Korea Selatan. Tidak hanya tertekan dari luar, permintaan dalam negeri Jepang pun terus menurun. Populasi Jepang pun terus menurun. Populasi Jepang menyusut dan proporsi warga lanjut usia makin besar.
   Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan di Jepang juga ketat. Biasanya pada Desember, perusahaan besar sudah memasang iklan lowongan pekerjaan. Seorang mahasiswa bisa mengirim puluhan lamaran kerja. Selain itu, mereka juga harus mendatangi belasan presentasi dan wawancara dengan 20-30 perusahaan.
   Persaingan di dunia kerja membuka peluang bisnis baru. Perusahaan Vein Carry Japan, misalnya, menawarkan kursus melamar kerja. Dengan biaya 105.000 yen (sekitar 12,5 juta), seorang kandidat m3ndapat kursus cara menulis riwayat hidup dan lamaran, cara membungkuk dan menukar kartu nama, serta tampil menarik ketika wawancara.
   "Kemampuan tampaknya tak penting, Perusahaan tampaknya ingin melatih karyawannya dari nol dan hal ini tidak berubah selama bertahun-tahun. Saya berharap kultur pencarian karyawan yang seragam ini dihentikan dan perusahaan mencari karyawan dengan cara lebih beragam," ujar Shunsaku Funaki, mahasiswa dari Universitas Kokushikan. (REUTER/JOE)

Sumber: Kompas, 26 Juni 2012, hal 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar