Jumat, 25 Maret 2011

China Menekan Jumlah Petani

Guangzhou, Kompas - Pertumbuhan sektor perindustrian di China yang sangat pesat mampu menyelamatkan sektor pertanian dari jerat kemiskinan. Populasi petani di China semakin berkurang, sementara pendapatan petani dan tenaga kerja eks pertanian mampu ditingkatkan.
Hal itu diungkapkan Presiden Guangdong Agribusiness (GDA) Group Corporation Lei Yong Jian di Guangzhou, China, pekan lalu, dalam jamuan makan siang bersama Direktur Utama PT Industri Gula Nusantara (IGN) Kamadjaya serta Komisaris IGN Katherine Hendrik dan Andreas B Utomo.
Sebelumnya, para pemegang saham IGN dan GDA menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara GDA melalui PT Gendhis Multi Manis (GMM) dan PT Permata Hijau Resource (PHR). GMM dan PHR menggandeng GDA membangun dua pabrik gula di Blora, Jawa Tengah, dan Sambas, Kalimantan Barat, dengan total investasi diperkirakan Rp 4,7 triliun.
Menurut Lei Yong Jian, Pemerintah China secara tidak langsung mampu memindahkan tenaga kerja di sektor pertanian ke industri, termasuk industri pengolahan berbasis pertanian. Jumlah petani yang bekerja di ladang pun berkurang.
”Jika 30 tahun lalu tenaga kerja di pertanian 600 juta, sekarang tinggal 300 juta,” katanya. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian diiringi peningkatan pendapatan petani dan para petani yang beralih bekerja ke sektor industri. Saat ini populasi penduduk China sekitar 1,2 miliar jiwa.
Pemerintah China menyadari bahwa lahan pertanian tidak bertambah luas. Sementara populasi penduduk terus bertambah. Meningkatnya jumlah penduduk yang menjadi petani dan bekerja di ladang menyulitkan peningkatan pendapatan mereka mengingat lahan yang bakal dikelola petani makin sempit.
Karena alasan itu, Pemerintah China gencar mengembangkan industri. Para petani yang bekerja di ladang perlahan-lahan ditarik dari ladang dan bekerja di pabrik-pabrik. Para petani juga bekerja di industri pengolahan.
Direktur Ekonomi Luar Negeri pada Kantor Pertanian Negara Guangdong, Wu Gui zhou mengatakan, modernisasi melalui mekanisasi tentu akan mengurangi pekerja di sektor pertanian. Agar petani tidak menjadi korban, mereka harus ditarik ke sektor lain, yakni ke sektor industri melalui urbanisasi.
Bagi petani yang masih bertahan di ladang, Pemerintah China memberikan dukungan, seperti subsidi obat- obatan, benih, alat-alat pertanian, dan jaringan irigasi. Infrastruktur dasar, seperti jalan dan listrik, juga disediakan pemerintah.
Berdasarkan pengamatan Kompas, jaringan infrastruktur dasar di China, seperti jalan dan listrik, tersedia dengan baik. Jalan-jalan ke kebun tebu di GDA, misalnya, halus dan lebar. Jaringan jalan tingkat kecamatan di sana, bahkan tak ubahnya seperti jalan protokol di Jakarta. Hampir semua jalan di China dibangun berbeton.
Bagaimana kebijakan China dalam pembangunan jaringan infrastruktur jalan? Wakil Direktur Biro Pertanian Negara Zhanjiang, Huang Guogiang, mengungkapkan, pembangunan jalan di China menyesuaikan rencana pembangunan pemerintah pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan perusahaan. Jaringan infrastruktur di dalam perkebunan menjadi tanggung jawab perusahaan.
Direktur Utama IGN Kamadjaya menyatakan, mekanisasi merupakan jalan keluar untuk meningkatkan daya saing industri pergulaan nasional. Tanpa mekanisasi, industri gula nasional bakal kalah bersaing. (HERMAS E PRABOWO dari Guangzhou, China)
(Sumber: Kompas, 21 Maret 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar